Pengalaman Tinggal di Apartment
Pengalaman Tinggal di Apartment
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kami akan merasakan tinggal
di apartment. Selain bagi kami membeli
atau menyewa apartment itu pasti mahal, juga ada beberapa aktivitas yang tidak
bisa dilakukan di apartment, contohnya berkebun/menanam bunga. Sebenarnya bisa juga sih menanam bunga di
pot, namun tentunya sangat terbatas.
Sejak suami saya dipindahkan ke luar Jakarta, otomatis rumah
dinas yang selama 5 tahun ini kami tempati harus kami tinggalkan. Kami sempat menjadi ‘penghuni gelap’ di rumah
dinas ini selama 1.5 tahun sejak suami saya dipindahkan ke luar kota 1.5 tahun
terakhir ini. Namun karena sudah didesak
untuk keluar, kami pun kasak kusuk mencari rumah. Kami bukannya tidak mau keluar dari rumah
dinas, namun saya masih takut untuk tinggal di lingkungan lain. Kalau di komplek rumah dinas kan tetangga
adalah orang kantor semua jadi sudah seperti saudara. Komplek pun dijaga oleh satpam dan hanya ada
1 gate yang bisa dillewati mobil.
Sebenarnya rumah yang kami taksir sudah dapat namun baru bisa
kami tempati sekitar bulan Mei karena rumah tersebut masih harus
direnovasi. Jaraknya sih hanya sekitar 3 km dari rumah dinas namun traffic
menuju ke komplek itu sangat macet saat jam berangkat dan pulang kerja. Kasihan anak saya Falya yang berangkat dan
pulang sekolah dengan metromini.
Untungnya jalan menuju komplek tersebut sementara diperlebar namun
diperkirakan akhir tahun ini baru rampung.
Oleh karenanya saya belum berkeinginan untuk tinggal di sana.
Awal Januari setelah Liburan tahun baru, malam-malam pap
menelpon saya dan meminta saya segera
mencari rumah kontrakan. Aduhh panic deh
karena saya tidak tahu harus tinggal dimana terutama lingkungan mana yang aman
buat kami. Yang terpikir adalah mencari
kamar kost. Segera saya membuka laptop
dan browsing mencari rumah kost sekitar komplek rumah dinas. Kami sengaja mencari sekitar rumah dinas agar
gampang jika ada apa-apa yang kami
butuhkan masih lumayan dekat dengan teman-teman kantor suami. Selain itu akses ke sekolah kedua anak saya
juga lebih gampang.
Tanpa sengaja saat browsing kami menemukan situs sewa
apartemen yang berada dekat komplek. Harganya
cukup mahal sih bagi kami untuk ukuran unit 35-37m2 (1 kamar dan 1 kamar
mandi), hampir sama sewanya bila kami menyewa rumah sekitar komplek dengan 4 kamar
namun sebenarnya terhitung murah untuk suatu apartement. Yupp apartment ini memang apartment kelas
menengah, bukan yang lux. Dengan alasan
keamanan di apartement lebih ‘terjamin’ akhirnya kami memilih apartement. Selain itu letaknya di pinggir jalan sehingga
akses Falya naik metromini lebih gampang.
Hanya berjarak 200m dari komplek lama dan jarak 200m dari sekolah
Khayra. Di lantai bawah apartment juga
ada Supermarket Superindo, jadi kalo membutuhkan sesuatu lebih mudah.
Hari Sabtu saat papi ke Jakarta, kami segera ke apartment
dan bertemu dengan marketing yang sebelumnya sudah kami hubungi. Ternyata unit yang kami taksir sudah tersewa
sehari sebelum kami datang. Beberapa
unit lain yang ditawarkan oleh marketing pertama ternyata tidak cocok (mahal
padahal unfurnished). Sempat lemes kami
berdua sambil duduk di lobby depan apartment.
Tiba-tiba saya ingat bahwa saya masih punya 1 lagi number contact
marketing yang lain apartment ini.
Segera saya menelponnya dan Alhamdulillah sang marketing langsung datang
dan menunjukkan unit yang akan disewa.
Saat ditunjukkan unitnya kami langsung suka. Dengan uang sewa Rp.2.5jt/bulan (termasuk service
charge dan parkir mobil) untuk luas unit 35m2 full furnished kami rasa cukup
terjangkau untuk ukuran apartment. Minimal
sewa 6 bulan ditambah deposit dan semuanya harus dibayar di muka. Transaksi segera kami lakukan hari itu
juga. Legaaaa....
Sepulang kami dari Bali, besoknya saya langsung mengangkut
baju ke apartment. Berkali-kali saya
harus bolak balik memindahkan baju, buku sedikit dan peralatan dapur. Seminimal mungkin barang saya bawa ke
sana. Lha iyalah mau ditaruh di mana
dalam ruangan sekecil itu?
Beberapa hari menjalani hari hari di apartment semakin
membuat saya dan anak-anak kerasan. Ternyata
menjalani hidup dengan ‘minimalis’ selain hemat uang juga hemat waktu. Dengan hanya membawa baju kurang lebih
separuh dari yang ada, peralatan dapur hanya sekitar 1/4 ternyata kami tetap
bisa menjalani hari-hari yang nyaris tidak ada perbedaan. Bahkan sangat praktis dan simple. Saya bisa masak sambil mengajari Khayra main
piano, atau sambil mengajari pelajaran.
Bahkan sambil menunggu masakan atau gorengan matang, saya bisa setrika
dan mendengarkan Khayra main piano. Koq
bisa? Yah karena semua aktifitas itu
masak, nonton, setrika, dan piano berada di ruang yang sama. Kamar mandi pun di samping dapur dan langsung terlihat dari ruang
TV. Jadi kalau Khayra lagi mandi sendiri
bisa langsung terlihat dari dapur atau ruang TV.
Waktu masih di rumah dinas, karena rumahnya gede (sekitar 250m2), kalau pagi
super heboh deh saya. Jarak antara
dapur-kamar sekitar 10 m, sama halnya jarak dapur-kamar mandi dan kamar
mandi-kamar. Saya tidak bisa
meninggalkan dapur sebelum masakan matang karena sifat pelupa saya, takut
gosong. Hadeuuhhh benar-benar olah raga
pagi lari ke sana kemari. Setelah masak,
barulah saya rehat sejenak di kamar sambil suapin Khayra. Biasanya tiap pagi kan jadwal latihan piano,
jadi saya harus menggeret Khayra yang sering malas-malasan ke ruang tengah
untuk latihan. Untungnya sekolah Khayra
dimulai pk 07:45, itu pun masih dekat dengan rumah jadi bisa mepet-mepet
berangkatnya. Setelah Khayra berangkat
sekolah barulah saya bisa istirahat. Kalau
di apartment paling lambat jam 7:15 Khayra sudah siap berangkat sekolah. Setrikaan pun jarang menggunung. Selain tidak ada tempat, juga bisa setrikaan
sambil melakukan aktivitas lain.
Di apartement juga sudah ada teknisi yang standby di basement, sehingga jika ada sesuatu
yang bermasalah seputar unit/rumah
misalnya keran bocor, pintu terkunci, atau jendela rusak, tinggal telepon ke
teknisi deh. Asyik kannn???? Swimming pool dan Gym juga tersedia dan
gratis untuk penghuni..
Sayangnya , di apartment yang saya sewa ini karena kecil,
jadi tidak ada ruang tamu. Bayangkan luas 1 unit apartemen ini sama dengan luas kamar utama+kamar mandi dalam yang kami tempati di rumah dinas.
Jika ada tamu
ya ketemu di lobby bawah yang hanya ada 2 set kursi tamu untuk 300
penghuni!. Masuk ke unit ini pun pertama
kali yang ditemui adalah dapur digabung dengan ruang makan!
So bagi yang ingin bertandang ke unit ini untuk ketemu saya, mohon maaf
harus infokan terlebih dahulu ya... Kan
ya ga lucu, tiba-tiba datang dan tamunya harus masuk melewati dapur yang you
know-lah biasanya berantakan...
Namun apapun itu tetap kami syukuri. Saya hanya merasa bersalah kepada kedua anak
saya karena mereka jadi tidak bebas bermain seperti waktu tinggal di komplek
rumah dinas. Alhamdulillah anak-anak
mengerti. Saya katakan kepada anak
saya, katanya semua mau kuliah di London.
Biasanya anak kuliahan tinggalnya di apartemen. Nah sekarang ini masa-masa belajar yaa...sekaligus
bisa seolah-olah merasakan sudah tinggal di apartement di luar negeri. Inshaa Allah cita-cita kalian terkabul. Bukankah kegelapan yang paling pekat adalah
saat menjelang dinihari? Setelah gelap
pekat, datanglah pagi yang cerahhhh.
Bukankah pelangi yang indah selalu didahului dengan hujan???
Post a Comment